Wednesday, December 19, 2012

Diam

Aku ingin berjalan sambil memakai kacamata kuda. Agar terfokus melihat apa yang ada di depan mata.
Lalu memakai tutup telinga tebal berbahan wool. Atau handy talky yang digunakan berdua.
Kamu dan aku. Sehingga aku bisa mendengar suaramu. Biar saja hanya kita yang berbicara.

Tapi tentu saja, kita bisa berlari bebas tanpa tujuan.
Berguling-guling di tanah lapang atau menyelam di lautan dalam.
Meluncur turun dari bukit salju atau menendang pasir putih sekuat yang kamu mampu.

Dan diatas itu semua, ada hal yang tak perlu dipikirkan. Karena sudah otomatis terpogram.
Semoga tidak sulit untuk menemukan jalan pulang.
Semoga tetap siaga dalam proses penjagaan.

Untuk hati yang terjalin dan jiwa yang terlepas.
Aku sayang kamu.

Sunday, December 9, 2012

Dido - White Flag

"I will go down with this ship. And I won't put my hands up, and surrender. There will be no white flag above my door. I'm in love. And always...will be"

Friday, December 7, 2012

Another Life Guru

Pengalaman selalu berhasil jadi guru terbaik. Tinggal pilih. Mau yang dirasakan sendiri, atau yang dirasakan orang lain? Yang penting kita bisa ambil ilmu kemudian merumuskan trik terbaik untuk menghadapinya. Atau lebih baik lagi....... ya menghindarinya.
Penghuni kolom sebelah sudah dua kali dirundung masalah. Dengan cara yang kurang lebih sama. 'Diserang' atas apa yang telah diucapkan. Begitulah kurang lebih. You should be more careful next time, my dear.

Life's not as easy as you could imagine.
And I'm glad to know, maybe the best plan you can build for your life is by living it. Imagine is never enough.
You might find yourself lost, or clueless.
But what could you expect more? It's life anyway.

"Kita lagi ngejalanin hal yang kita sendiri gak tau bakal kemana arahnya. Mungkin kita bisa cari tau bareng jalan mana yang paling tepat."

Tuesday, December 4, 2012

Lanjutan 140 karater


Pernyataan yang diungkap dengan penuh kesadaran.
Bukan berarti ingin lari dari kenyataan.
Atau sekedar memungkiri keadaan.
Bukan itu.

Hanya rasanya sedang lelah memikirkan banyak hal yang mungkin seharusnya bisa di eliminasi.
Membuat skala prioritas sesuka hati.
Tak berdasar kepentingan, kali ini yang aku butuh berdasarkan tingkat kesanggupan.
Dan pertimbangan kesiapan badan.
Dan ketepatan waktu.
Dan kondisi situasi lingkungan yang menjadi penentu.

Jangan lagi menutup mata, coba lihat apa yang nyata.
Hidupmu, terkadang akan lebih mudah bila kamu bisa berpikir lebih sedikit dari yang seharusnya.
Atau paling tidak, akan sedikit lebih menyenangkan. Bila kamu tahu apa yang pantas untuk dirasakan. 

Friday, November 23, 2012

rhyme #1

One hot air balloon fly high,
As two soul pass by.
Three months away,
And forever we stay.

Rain On Me

In this rainy season, I would like to have........


           

A pair of cute rain boots,









A transparent
raincoat,


Or some waterproof outfits........

Have a nice rainy day, everyone! :)



*all images are taken from Google*

Wednesday, November 21, 2012

Bahagia?

Untuk apa meminta yang tidak ada? Sedangkan yang ada saja kadang tidak dinikmati secara penuh, sepenuh-penuhnya penuh. Meskipun banyak hal yang terlewatkan, menyesal tak lantas menjadi bahan renungan. Mungkin memang sudah takdirnya begitu. Bisa apa kamu hingga berani melawan takdir?

Waktu kecil, aku diberi pertanyaan iseng mengenai kehidupan.
"Ade bahagia gak?"
"Bahagia"
"Ade tau gak artinya bahagia apa?"
"Gak tau Mam"
Kata Mama, aku menjawab pertanyaan dengan keyakinan penuh.
Kata Mama, aku juga menjawab dengan senyum tulus.
Padahal anak kecil bodoh itu tak mengerti apa artinya bahagia.

Lalu, sekarang setelah paham, kata-kata yang keluar tanpa sadar itu menjadi pemacu. Hidupku, bahagia setiap harinya...dengan caraku sendiri. Dengan apa yang aku punya dan apa yang tidak. Dengan orang-orang yang menjadi tempat berbagi, dan yang menyatakan diri sebagai pemicu emosi.
Punya alasan apa kamu untuk tidak bahagia, Mega?

taken from tumblr

Document found : Spinning Wheel

Sedang merapikan banyak hal, lalu menemukan sebuah document di dalam folder, dalam folder, dan dalam folder lainnya.


Spinning Wheel
 At this moment, I just realize. That… 7th of February was my past.
2 years ago, those love, those passion.
And now I’m stick up with another guy. A hundred percent different guy.
Now I know, that the world is a spinning wheel.
It keeps spinning, no matter how hard you wish for a stop button, or even just a pause.
No. You won’t get any of them.
 Semua itu membuat gue sadar, bahwa keabadian itu ga ada.
Dalam dunia ini, keabadian hanya bagian dari pikiran idealis, non-realistis, dan pengharapan untuk orang-orang yang takut menatap dunianya.
Sesuatu yang gue pikir abadi, nyatanya memang ga ada.
Dalam beberapa bulan, atau tahun, sesuatu yang paling sensitif di diri lo bahkan bisa berubah total.
Dan semua proses itu, ga akan terasa. Semua berjalan begitu cepat.
 Ah ya, one more thing. Maybe life doesn’t serve you a stop or a pause button. But it always give you a restart button. It’s fully your decision, to use it. Or just keep it inside.

 Memang bukan yang terbaik yang pernah kutuliskan. Tapi yang satu ini sepertinya tertunda untuk dikeluarkan.

Thursday, October 4, 2012

Hilang Kendali

Awalnya hanya cerita singkat, lalu berkembang jadi cerita bersambung, atau kumpulan novel, atau novel berseri. Atau apalah yang ceritanya masih berlanjut tanpa kenal ujung.
Tujuan ku tercapai, tapi bukan ini jalan yang kuharapkan.

Kini hidup lebih pantas bila dianalogikan bagai sebuah film. Dengan genre drama, yang jalan ceritanya naik turun seperti wahana seru di taman bermain. Aku tokoh yang egois, mencoba menjalankan sendiri setiap peran yang ada.
Aku sebagai penggagas ide. Aku sebagai penulis naskah. Aku sebagai sutradara. Aku sebagai pengarah gaya. Aku sebagai penyunting. Dan aku sebagai penonton.
Aku juga memilih orang-orang mana saja yang pantas bermain di dalam frame ini. Semua tentang aku.

Aku bermain dengan sesuatu yang tidak aku kenal pasti konsekuensinya.
Tapi aku bersyukur karena tak mengenalnya, atau mencari tahu tentangnya sebelum bergerak.
Hidup tak akan indah bila tak kenal kejutan, bukan?

Seperti melempar frisbee di taman lapang, tanpa memiliki anjing peliharaan untuk membawanya kembali. Mungkin kau harus berlari mengejar, atau berdoa supaya ada anjing pintar yang menangkapnya.
Atau seperti menebar benih tanaman yang kutemui di sudut gudang ke tanah di pinggir jalan. Kemudian hanya menunggu, menyiram dan memupuk sesekali kalau sempat. Berharap benih itu menjadi tanaman bunga warna-warni, bukan semak belukar tajam yang menjerat.

Ketika kau pikir hanya ada dua pilihan jalan, ternyata banyak yang memberontak dan memutuskan untuk lari terlalu jauh dari jalurnya. Padahal semua dimulai dari satu genggaman. Mungkin ini karena aku mau menggenggam semuanya, dan tangan ini kurang kuasa untuk menjadi pengaturnya. Harusnya aku memilih satu peran saja.

Tapi tetap menyenangkan menonton sisa-sisa perjuangan. Walau semua agak kabur dari pandangan. Dan kamu yang masih ada di persimpangan. Hanya bisa di tunggu sampai akhir jaman.
Aku belum menyerah. Aku.........mungkin hanya pasrah. :)

Saturday, September 22, 2012

Filosofi Cinta Nenek Moyang


Nenek moyangku diceritakan sebagai seorang pelaut. Lalu inilah hasilnya.
Ribuan juta anak cucu yang hobi mengarungi samudra (cinta).

Jika daratan di analogikan sebagai realita.
Berarti laut adalah lembaran fatamorgana.
Mereka mengandung misteri yang sama.
Dan kamu harus menyeimbangkan keduanya.

Menyelam memang menyenangkan.
Apalagi bila bertemu dengan putri-putri khayangan.
Namun kamu akan berenang jauh kembali ke daratan,
bila bertemu hiu yang mencari kudapan.
Atau kamu bisa tetap melawan,
dan mungkin akan terselamatkan.

Jika kapal adalah tempat berpijak.
Lalu ombak besar, air pasang, dan angin badai adalah penolak.
Yang tidak rela habitatnya dirusak.

Umpan yang kamu sebar bersambut hangat.
Kini kamu dan ikanmu telah terikat.
Lalu bagaimana dengan penghambat?

'Jangan memaksa sayang, nanti ikanmu terluka'
'Jangan dilepas sayang, nanti peluhmu tersia'

Kamu termenung.
Sadar telah melupakan yang seharusnya dijunjung.

'Jala. Seharusnya ku siapkan dia sejak awal. Sebelum aku menarik kail. Sebelum aku melempar umpan. Sebelum aku menegakkan layar. Bahkan sebelum aku memikirkan cara kembali ke daratan.'


Salam hormat dikirimkan kepada tiga orang teman pengarung yang kapalnya karam hampir bersamaan. Ku hadiahkan jala terbaik, agar tak lupa lagi digunakan. Semoga umpan kalian masih mempan, kawan!

Friday, August 31, 2012

Ucap Dua Dimensi

"Ada yang tersimpan indah rapat-rapat. Namun diungkap, belum sempat. Memang belum sampai seribu hari. Tapi rasanya sudah mengerak dalam hati. Kisah polos terdahulu terkesan jauh lebih istimewa dibanding kini. Dan segala petualangan seru yang berusaha aku ukir sendiri. Aku salah berhitung. Yang dulu aku harap nyata malah jadi tak berujung."

Begitu ucap rasa. Tapi ada yang menolak, tak mau kalah, dan kemudian cuma bilang.........

"Kenapa harus memberatkan hal yang sesungguhnya ringan. Rasa mungkin memang perwujudan jiwamu. Tapi toh dia hanya sebagian kecil dari diri yang utuh. Katakan saja terimakasih, lalu pergi menjauh. Sekarang belum waktumu."

Dan kemudian pikiran memilih untuk rehat. Sisa tenaganya telah habis membantah rasa.

Saturday, August 25, 2012

Jebolan Liburan

Tinggal satu minggu lagi, yang kurang lebih artinya tujuh hari.
Akhirnya liburan pergi.
Bukannya aku tak suka, tapi aku hanya rindu rutinitas harian yang biasanya penuh dijalani.
Dan lagi..... liburan ini terasa agak mati.

Aku bersenang-senang dalam porsi yang pas, tidak kurang dan tidak lebih.
Tapi ada beberapa hal yang membuat pikiran ku tidak seasik dulu.
Terlalu banyak hal yang disusun rapi, kurasa itu penyebabnya.
Jadinya kerja otak ini juga beraturan, tidak abstrak.
Rasanya seperti menemui jalan buntu, dan sulit mencari putaran balik.
Padahal biasanya akan lebih mudah jika aku membobol tembok penghalang agar bisa terus berjalan.

Datanglah lebih cepat September, aku merindu.

Monday, August 6, 2012

Balada Akhir Delapan Belas

Banyak kejutan, yang tidak pernah terbayangkan.
Kamu, aku, kita, dan semua yang hadir di sekelilingnya.
Hidup ini berwarna. Tapi aku selalu meminta warna lebih.

Banyak pula keputusan yang diambil tiba-tiba.
Yang membuat orang lain berkata "Kamu gila"
Atau malah dukungan manis yang berbunyi "Kamu istimewa"

Aku telah memilih jalanku sendiri.
Aku telah menulis suratku sendiri.
Tapi tentu, aku tak mau menjalani hidup seorang diri.
Hanya mau peluk satu-satu mereka yang telah menemani.

Dan lalu kamu, yang belum jadi siapa-siapa.
Tapi selalu kuanggap teman, di dalam hati, di dalam sepi.
Mungkin suatu hari nanti, di sembilan belas, kita akan sama-sama punya tempat di hati.

Terimakasih, dan selamat tinggal delapan belas :)

Friday, August 3, 2012

Harus

"Seharusnya yang ini begitu. Lalu yang itu begini."
Dan semua aturan itu meluncur turun dari mulutmu.
Kamu tak meminta lebih, hanya sedikit mengatur lebih.

Ikatan kasih yang sejauh ini kutahu juga seharusnya tak seperti ini.
Seharusnya tidak sakit.
Seharusnya tidak sesak.
Seharusnya tidak menguras banyak tenaga.
Seharusnya ya.....seperti itu.

Tapi aku tak cukup nyali untuk melawanmu.
Atau aku memang menghindar dari apa yang seharusnya terjadi. Perselisihan.
Lagi-lagi harus. Ya...memang harus.

Kalau tidak ada yang mengalah, maka jadinya akan luruh di tengah jalan.
Padahal apa yang kita bangun sudah lebih dari cukup untuk ditunjukkan.
Lelah, kita sama-sama tahu itu.
Tapi mungkin..... memang jalannya harus begini. Bukan begitu.

Thursday, July 26, 2012

03.45 : No Sleep



It's way too late to think of someone I would call now.
And neon signs got tired.
Red eye flights help the stars out.
I'm safe in the corner, just hours before me.

I'm waking with the roaches, the world has surrendered.
I'm dating ancient ghost, the ones I've made friends with.
The comfort of fireflies.
Long gone before daylight.

And if I had one wish fulfilled tonight.
I'd ask for the sun to never rise.
If God lent his voice to me, to speak.
I'd say "Go to bed, World".

I've always been to lame to see what's before me.
And I know nothing sweeter than champaign from last new year.
Sweet music in my ear.
And a night full of no fear.

But if I had one wish fulfilled tonight.
I'd ask for the sun to never rise.
If God passed a mic to me, to speak.
I'd say "Stay in bed, World. Sleep in peace"

Thursday, July 19, 2012

Ambigu

Kamu pasti tahu, manusia diciptakan berbeda-beda.
Aku terlahir sebagai perempuan, dengan lawan jenis lelaki.
Isi otak ini juga seluruhnya tak sama.
Walau komposisi pembentuknya tak jauh berbeda.

Lalu bagaimana mengentaskan perbedaan diantara kita?
Ketika aku berbicara "A" yang kemudian kau artikan "B"
Atau ketika kau menekankan "C" yang aku sangka adalah "D"
Dan semua ketidaksama-artian yang membuat kita hampir menyerah.

Semuanya ambigu.
Awalnya ini, lalu berakhir dengan itu.
Tapi tetap saja, harus ada yang diaku.
Kalau kita berhenti disini, akankah kita tetap satu?

Monday, July 16, 2012

Wanita Magis

Wuuushhh
Tiupan angin membuat wajah manismu menyembul dari balik asap kelabu.
Sudah lama aku tidak melihatmu begitu santai.
Rasanya semua terhenti, sunyi.
Yang terdengar hanya hembusan nafasmu, diiringi kepulan asap yang keluar satu-satu dari mulutmu.

"Kamu...bukan perokok kan?", suaramu memecah lamunan.
"Bukan, soalnya aku gak suka bau rokok melekat di buku-buku jariku"
"Terus, kalau aku ngerokok di samping kamu, sama aja kan? Kamu jadi bau juga."
"Iya sih, tapi aku lebih suka mengamati orang menghisap rokok. Toh aku kebagian asap juga. Jatohnya sama aja kan kayak ngerokok. Tapi tangan aku gak bau."

Lalu kamu diam saja, mengangguk.
Entah karena menerima alasan yang aku lontarkan, atau karena hisapan rokok itu terlalu sayang untuk disia-siakan.

Wanita perokok itu..........magis
Mereka yang tertutup asap selalu terlihat seperti penyihir yang memiliki kecantikan abadi di depan mataku.
Menarik, dan menyimpan misteri.


Dari pemandangan siang hari di pinggir danau, di bawah pohon besar : wanita perokok, dan pasangannya.

Thursday, July 12, 2012

Pinjam Hatiku

"Nih aku pinjamkan buat kamu"
"Untuk apa?"
"Karena kamu lebih butuh ini daripada aku. Pakai saja ini dulu"
"Tapi kan aku sudah punya satu. Letaknya disini, di dalam dadaku"
"Dua lebih baik daripada satu. Aku tak mau punyamu rusak dan terluka"
"Lalu kamu pakai apa? Apa kamu rela kalau milikmu nanti jadi rusak?"
"Tentu. Aku rela asalkan milikmu yang di dalam situ tetap utuh. Aku rela merasakan sakitmu, supaya kamu tidak menderita sendirian"

Siang itu di teras rumah. Kita berdekapan. Hangat.
Maksudnya cuma satu. Aku mau mentransfer hatiku untukmu.
Agar hati milikmu tak terluka dan hancur berantakan ketika melihat dirinya di seberang altar.
Aku rela. Rela sepenuh jiwa.
Dan air mata yang telah kuteteskan bermalam-malam sebelumnya, tak lain hanya untuk mewakilimu.
Agar kamu tidak perlu repot menampung tetesan permata yang jatuh satu-satu di pipimu.
Biar aku yang merasa, sementara kamu sibuk membangun asa.

Seandainya ini nyata. Seandainya ini bisa.

Friday, July 6, 2012

.....

Kiriman salam untuk seorang sahabat yang sebagian dirinya sedang terkuras habis.
Lelah melihatmu menangis, dengan rongga hati yang terus terkikis.
Cinta memang magis, kadang terasa mistis.
Karena kau tidak bisa menebak, akhirnya akan manis atau malah tragis?

Monday, June 25, 2012

Retak

Ada yang retak di dalam.
Apa kau dengar?
"krek.......krek"
Bunyinya halus, tapi terus menerus.
Awalnya hanya goresan kecil, namun lama kelamaan jadi sebesar martil.

Aku butuh restrukturisasi.
Sebelum semuanya luruh jadi serpihan tak berarti.
Ya, dan sedikit dorongan immateri.
Yang siap jadi penyemangat di tiap hari.

Monday, May 28, 2012

Oleh-oleh Padang Rumput

Mahasiswi 1 : "Itu kan bayi cengcorang!"
Mahasiswi 2 : "Ih geli! Nanti jadi gatel gak kalo bobo disini?"
Mahasiswi 3 : "Kemaren lo bilang ini kutu loncat, sekarang bayi cengcorang. Yang manasih yang bener?"

Cari kutu loncat.
Main trampolin.

Rumput hisap.
Kaki santai.

Semoga bisa cepat kembali untuk melepas lamunan masing-masing. <3

Friday, May 25, 2012

Grup Berbaring Manja

Berguling diatas rumput hijau. Aku dan teman-teman.
Memandang langit polos. Biru, dan sedikit kelabu diujungnya.
Awannya tipis, seperti permen kapas yang kena air.

Semua diam, mengunci suara.
Pikiran kami tak mungkin sama.
Tapi kedamaiannya terbagi rata.

Angin sejuk membelai mesra.
Memaksa mata terpejam satu-satu.
Ada sumbat yang tercabut.
Rasanya lega.

Sayang, hanya kurang es krim vanilla :)

Monday, May 21, 2012

Moondance

Padang lapang bulan purnama.
Gaun putih dan kaki telanjang.
Rumput basah sehabis hujan.
Wangi alam.

Tangan terbentang luas.
Meminta restu langit cerah.
Senyum tak luput dari wajah.
Tergambar jelas.

Lalu kamu datang.
Bergabung untuk tarian rembulan.
Menggambar lingkaran sendiri-sendiri.
Kemudian menyatukannya dalam harmoni.
Kini kita berada dalam satu bentuk sempurna.
Cinta.

Thursday, May 10, 2012

Rindu Tangis

Sudah lama butir-butir jernih ini tak keluar dari diriku.
Aku hampir lupa rasanya.

Kemana kamu saat aku butuh?
Orang lain biasanya menolak kehadiranmu.
Tapi aku...........butuh.

Walau semuanya seperti pertaruhan.
Kamu belum tentu memberi kelegaan.
Kamu bisa saja memperparah keadaan.
Tapi aku...........butuh.


Jiwaku lumpuh. Ragaku sesak.
Ingin berteriak tapi tak sanggup.
Ingin berlari tapi tak mampu.
Tangis, aku butuh kamu.
Tolong temani aku, malam ini saja.

Monday, May 7, 2012

Random Poetry

Senyum mu hilang, dan aku rindu.
Padahal kita tak sedekat itu.
Tapi memang kamu yang jadi penentu.
Bagi jiwa ini yang mulai ragu.

Mungkin kamu tidak mengerti.
Kalau aku terus memberi hati.
Mungkin kamu tidak menyadari.
Bahwa ada aku yang terus menanti.

Thursday, May 3, 2012

Isi Lemari Tua

Ada ruang rahasia dalam diriku. Tempatnya kecil, tapi bisa menampung banyak lemari.
Tiap lemari punya kode khusus agar bisa terbuka. Malam ini aku mau membuka satu, dan melihat ada apa di dalamnya.

"Lagu rindu ini ku ciptakan. Hanya untuk bidadari hatiku tercinta. Walau hanya nada sederhana. Izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan."

Pintu lemari di depanku terbuka perlahan. Sampai cukup celah untukku menyelinap ke dalam.
Perlahan ku telusuri setiap sudut lemari itu. Kini Ia hampir kosong. Hampir tak ada yang tersisa.
Padahal dulu lemari ini penuh dengan cuplikan film versiku sendiri.
Setelah lama kutinggalkan, ternyata Ia mengosongkan dirinya sedikit demi sedikit.

Tidak ada lagi rasa sesak ketika memasukinya. Semuanya terasa lapang dan tanpa beban.
Lama aku terduduk di dalam lemari, melamunkan apa yang dulu pernah terjadi.
Kemudian aku melangkah keluar, dan menyenandungkan bait lagu lainnya.

"Tak bisa lagi mencintaimu, dengan sisi lainku. Aku tak sanggup menjadi biasa, aku tak sanggup. Tak ada satupun yang mungkin bisa terima kau seperti aku. Mohon jangan salahkan aku lagi, ini aku yang sebenarnya."

Lalu pintu lemari itu kembali tertutup rapat. Menunggu untuk dikunjungi lagi.
Menunggu.............Selagi aku sibuk mengisi lemari-lemari penyimpanan yang lain.

Wednesday, May 2, 2012

Rumah Impian

"Kelak kita bangun rumah disitu yah! Dengan ayunan kayu yang menggantung di Pohon Ek besar. Lalu bunga warna-warni yang menyembul di balik pagar putih. Oh iya! Aku juga mau pekarangan belakang yang luas supaya anak-anak bisa berlarian selagi kamu memanggang daging, dan aku melongok dari jendela dapur sambil membuat salad dressing."

Aku ingat bagaimana kamu menunjuk perbukitan yang rindang siang itu. Aku ingat kain kotak-kotak merah putih khas piknik yang menjadi alas duduk kita. Bagaimana kau menyiapkan sandwich tanpa acar yang sangat lezat. Kamu membuang acarnya satu persatu, membersihkan isinya hanya untukku. Lalu kita berlomba menghabiskan eskrim vanilla dengan butiran chocochip ekstra hingga rasa vanillanya hilang. Kamu menuangkan terlalu banyak chocochip, mungkin dua bungkus, atau lebih. Aku tidak ingat itu.
Yang merekat erat di ingatanku hanya suara tawamu. Kamu terlihat sangat bahagia dan bersinar.

"Aku mau pelihara anak anjing juga ya sayang. Kita rawat sampai besar. Sampai tidak bisa kita gendong dan mandikan sendiri."
Lalu aku mengangguk pelan. "Apa saja yang kamu minta, pasti aku berikan", ujarku dalam hati.

Walau kini apa yang aku berikan sudah tidak dapat kau nikmati lagi, aku tak peduli.
Aku terduduk di bawah Pohon Ek favoritmu. Memperhatikan ayunan kayu yang baru saja selesai kubuat. Bunga yang kutanam dari bulan lalu sudah mulai menunjukkan warnanya. Merah, kuning, dan putih. Semuanya segar seperti senyumanmu. Tapi aku belum sempat memasang pagar untuk melindunginya dari tangan jahil.

"Sabar ya sayang. Akan aku buat esok hari. Kamu gak akan pergi kemana-mana kan? Tetap disini ya sampai aku buat rumah impianmu. Aku pasti akan memenuhi setiap janjiku."

Kini yang tersisa hanya batu dingin bertuliskan namamu. Yang menjadi saksi tiap tetes peluh kerja kerasku.
Tapi aku selalu mengingat mimpi-mimpimu, yang sedang aku wujudkan satu persatu.

"Tunggu aku ya, aku akan segera menyusulmu."

Monday, April 9, 2012

Everybody's changing and you must be feel the same

Kamu. Aku. Kita. Berubah.
Bukan seperti Kamen Raider yang berteriak "Henshin!"
Atau seperti Ben-ten yang memutar jamnya untuk menyelamatkan dunia.
Kita tetap berwujud satu. Tapi ada hal yang terus berubah di dalamnya.

Kalau kamu menganggapnya sebagai suatu keanehan, maka kamu salah.
Ini adalah proses alamiah.
Kemudian kamu mencibir atas perubahan orang lain, mencaci karena mereka tidak lagi sama.
Kamu tidak sadar, bahwa sesungguhnya dirimu pun berubah.
Perubahan, menjadi lebih baik atau lebih buruk tetap saja sama.

Sesuatu yang bodoh bila memintaku berhenti berubah.
Karena berarti, kamu meminta Alam Semesta untuk menghentikan langkahnya.

Friday, April 6, 2012

Sudah penuh baterainya, Kawan!

Malam, ramai tapi sunyi. Terjebak dalam lamunan. The Cardigans dengan sukacita mengantar pulang.

"Please Sister help me, come on do what you should. Please give me something I'm not doing so good"

Terimakasih teman, aku telah mendapat tenaga. Berupa gumpalan tawa yang tersimpan dalam kaleng-kaleng apik. Kubuka sedikit tutupnya, agar isinya tahan lama. Semoga persediaan ini cukup, sampai kita semua berjumpa lagi :)

Saturday, March 31, 2012

Salah Langkah

Aku meracau. Meng-klik link yang tak seharusnya kubuka.
Mengetik nama dari masa lampau.
Memandang foto-foto dirimu yang seakan tersenyum ke arahku.
Bodoh.
Sekarang tak paham lagi bagaimana cara menutupinya.
Aku rindu.
Bagaimana dengan kamu?

Sunday, March 25, 2012

Balasan Puisi Rangga

Kamu hadir tanpa mengucap kata
Datang dan pergi seenakmu saja
Kemudian aku sadar, kamu itu nyata
Terlepas dari kungkungan malam yang melanda
Lari menjauh dan tak berani menyapa

Aku akan menunggu
Menghitung bintang di tiap malamnya
Sampai purnama tiba
Lalu menyambutmu
Sembari menjawab tanya
Yang kita berdua telah tahu pasti kebenarannya
Karena aku ingin denganmu
Selamanya

Saturday, March 24, 2012

Vanilla

Hangat. Kadang terlalu menyengat.
Rumput hijau dan ilalang, dan juga kamu untuk dipandang.
Menggenggam yang dingin lembut di tangan.
Manis. Rasa vanilla dan kismis.
Kita berbaring menatap langit biru.

"Tuhan sedang hobi melukis", kataku.
"Lalu kanvasnya ditiup-tiup agar cepat kering", katamu.
"Atau dipasangi lampu sorot? Mungkin lukisanNya kali ini sudah masuk galeri!" jawabku semangat.

"Yang mana saja boleh. Asal dilukisanNya ada kamu dan aku, bersama"
Hangat. Tanganmu mendarat.
Diatas kepala, melepas segala penat.

"Ayo habiskan es krim mu! Jangan sampai meleleh dan merusak lukisanNya"
Tawa tergelak. Kita tak bisa mengelak.
Ini cinta. Manis, seperti vanilla.

Tuesday, March 20, 2012

Sumber Inspirasi

"Dia yang menginspirasiku", tunjukmu dengan jari gemetar. Padahal yang kamu tunjuk tidak akan menatap balik. Dia hanya sekotak foto dengan ukuran 3x4 yang tertempel di kertas lusuh. Aku tidak tahu dari mana kamu mendapatkannya, tapi sepertinya sudah tersimpan di dompetmu untuk waktu yang cukup lama. Mungkin telah ratusan kali kamu memandang foto itu, tapi kamu tetap terlihat grogi. Sambil sesekali tersenyum kecil.

Kemudian kuluncurkan pertanyaan kedua, "Kenapa dia bisa menginspirasimu?"
Kamu menjawab dengan helaan napas panjang. Lama sekali.
"Kami memang tidak saling mengenal. Tapi melihatnya dari kejauhan saja sudah membuatku cukup senang. Mungkin itu alasan utamanya. Perasaan senang karena melihatnya telah menuntunku untuk berpikir tentang banyak hal yang menarik. Dia membawa banyak aura positif dari dalam tubuhnya."

Aku tertegun. Tak pernah sebelumnya kulihat kamu seperti ini. Kamu terlihat tenang dan damai. Memancarkan sesuatu yang lain daripada biasanya. "Lalu sejauh ini, apa saja yang telah kamu lakukan untuk mewujudkan inspirasi indahmu?", tanyaku penasaran.
Kamu menggeleng seraya mengatakan "belum ada" dengan pelan. Tapi telingaku cukup peka untuk mendengar perkataanmu itu.
"Aku menunggu waktu yang tepat. Atau mungkin....aku hanya belum berani. Inspirasi darinya begitu banyak dan meledak-ledak. Harus dipikirkan matang-matang sebelum aku mengeluarkan salah satunya."

Aku menangkap jelas semua gerak gerikmu. Aku tersadar, bahwa yang sedang kita bicarakan ini bukan hanya orang yang menginspirasimu. Tapi dia juga orang yang kamu cinta.
"Kamu.......mencintainya kan?", tanyaku tanpa basa-basi. Kamu sedikit terkejut, tapi kemudian tertawa kecil.
"Cinta.....? hhhh.... Kurasa belum sejauh itu. Terlalu cepat untuk bilang cinta. Aku hanya suka. Suka sekali. Tapi aku tak bisa membedakan. Apakah aku suka karena dia telah banyak menginspirasiku, atau karena dia memberikan banyak inspirasi dan membuatku perlahan menyukainya? Yang jelas, aku akan memberitahunya bahwa dia telah menjadi inspirasiku. Kuharap kelak, kami akan menjadi sumber inspirasi masing-masing."

Cinta, lebih dari sekedar kata-kata; cinta, jadikan dia inspirasi untuk berkarya.

Saturday, March 10, 2012

Bukan aku masalahnya. Tapi kamu.
Yang diam tak bergeming di ujung jalan. Tak berani melangkah maju ataupun mundur.
Kamu menengok ke belakang lalu memasang muka masam.
Kemudian menatap aku dengan senyum setengah sadar yang dipaksakan.
Kamu mau memilih, tapi tak sanggup.
Aku mau dipilih, tapi tak mau memaksa.

Lalu kita tetap berjarak. Mungkin untuk selamanya.

Tuesday, February 28, 2012

Apa itu cinta?

Bukan sekedar pertanyaan polos yang meluncur dari mulut bocah berusia lima tahun. Aku, yang beberapa belas tahun lebih tua pun, mempertanyakan hal itu.
Bukan berniat membuat naskah film drama remaja dengan judul yang hampir mirip. Atau bahkan menyerempet ceritanya.
Ini bukan fiksi, ini realita.

Membuka rentetan email di bagian paling bawah inbox. Berisi curhatan klasik dengan saudara terkasih. Aku tertegun. Kembali mengingat masa-masa itu.
Ketika itu, aku rela menghabiskan waktu berbulan-bulan menangisi lelaki yang sama.
Ketika itu, aku terus memanggil namanya di dalam benakku, berharap dia akan kembali, dan tak akan pergi lagi.
Ketika itu pula, aku merasa aku telah mengerti cinta.
Tapi sekarang, aku mempertanyakannya kembali. Apa itu cinta?

Terasa seperti sebuah kemunduran. Hal yang dulu telah kau pahami dengan sangat, kini hanya menjadi pertanyaan besar tanpa jawaban yang tepat.
Cinta seperti bahasa asing yang abstrak dan sulit untuk dijabarkan, namun setiap orang memiliki penerjemahnya sendiri yang akan membuatnya paham, apa itu cinta.
Hanya ada dua pilihan sekarang. Cari dan temukan dia, atau tunggu sampai dia datang kepadamu.

Thursday, January 26, 2012

Kekasih Khayalan

Malam ini dingin. Bahkan di dalam balutan mantel coklat tuamu. Hembusan angin begitu menusuk, membuatku bergidik dan menggigil. Aku tahu kau merasakan dingin yang sama. Tapi itu semua tak menghentikan rentetan gigi rapi nan putih untuk terus muncul dibalik bibirmu. Kau terlihat sangat senang hari ini...dan juga tampan. Cukup tampan untuk sebuah kencan makan malam yang tidak bisa dibilang romantis. Kita hanya menghabiskan malam dengan duduk di genteng gedung teater tua. Menyantap pasta dingin yang aku bawa dari rumah. Dan dua kaleng minuman bersoda yang kau beli di swalayan dekat rumah. Mengobrol ngalor ngidul tentang kehidupan, tentang kita, dan tentang masa depan. Yang mungkin akan kita habiskan bersama, mungkin juga tidak. Lalu kau mengantarku pulang. Menikmati setiap langkah menyusuri jalan setapak. Satu-satunya musik yang meramaikan perjalanan itu hanya derap langkah kita yang seirama. Jemarimu yang dengan perlahan meraih tanganku. Menimbulkan semburat merah di pipiku. Aku tak bisa berhenti menatapmu, dan juga tak bisa berhenti tersenyum. Kita hanya menikmati ketenangan. Dan kita bahagia.
Kudorong perlahan pintu gerbang apartemenku, menaiki anak tangga dengan tertatih. Lalu kau menggenggam tanganku. Tanpa sepatah kata, kau mengecup keningku. Hangat dan membekas. Aku terpejam, menyelami hembusan nafasmu yang berat. Mensyukuri setiap detik yang kulewati bersamamu. Dan ketika kubuka mata, kau menghilang. Berubah jadi debu berwarna keemasan yang kemudian terbang ditiup angin. Aku hanya tersenyum kecil, dan kembali menyusuri tangga. Tak mau berpikir banyak tentang kejadian malam ini. Yang penting aku bahagia.

Hasil dari mendengarkan Berdua Saja dari Payung Teduh terlalu sering, xoxoxox -- Megi