Thursday, July 12, 2012

Pinjam Hatiku

"Nih aku pinjamkan buat kamu"
"Untuk apa?"
"Karena kamu lebih butuh ini daripada aku. Pakai saja ini dulu"
"Tapi kan aku sudah punya satu. Letaknya disini, di dalam dadaku"
"Dua lebih baik daripada satu. Aku tak mau punyamu rusak dan terluka"
"Lalu kamu pakai apa? Apa kamu rela kalau milikmu nanti jadi rusak?"
"Tentu. Aku rela asalkan milikmu yang di dalam situ tetap utuh. Aku rela merasakan sakitmu, supaya kamu tidak menderita sendirian"

Siang itu di teras rumah. Kita berdekapan. Hangat.
Maksudnya cuma satu. Aku mau mentransfer hatiku untukmu.
Agar hati milikmu tak terluka dan hancur berantakan ketika melihat dirinya di seberang altar.
Aku rela. Rela sepenuh jiwa.
Dan air mata yang telah kuteteskan bermalam-malam sebelumnya, tak lain hanya untuk mewakilimu.
Agar kamu tidak perlu repot menampung tetesan permata yang jatuh satu-satu di pipimu.
Biar aku yang merasa, sementara kamu sibuk membangun asa.

Seandainya ini nyata. Seandainya ini bisa.

No comments:

Post a Comment