Wednesday, April 24, 2013

Mantra

"Pakai mantra apa hari ini?", tanya sang fikir sendirian.
Harus ada rangkaian mantra yang dipilih setiap hari. Untuk diucap pelan-pelan atau di dalam hati, agar tak ada yang mendengar. Aku tak mau strategi hebatku terbongkar. Karena setiap hari adalah peperangan.
Hanya dengan ini aku bisa bertahan. Setengah kekuatan magis, dan setengah kekuatan logika yang kumiliki.

Mari buka buku rapal bersama, dan lihat apa yang kupunya.

Halaman pertama berisi mantra pagi, yang harus diucap sembari menatap matahari.
Pembawa aura positif bagi isi rumah dan semua yang menghuni. Tak perlu repot menghapal lagi, yang ini wajib dibaca sebelum mengawali hari.

Halaman kedua bertuliskan mantra cinta. Agar yang disuka selalu ada. Setia.
Namun, hati-hati bila mengucap yang ini. Karena kekuatannya bisa berbalik dan menghancurkan diri sendiri.

Halaman ketiga dan keempat ditulis dengan arang tebal-tebal. Mantra terpenting yang pernah ada.
Mantra mimpi.
Rangkaian kata-kata tentang masa depan yang kumau. Tentang dorongan untuk terus maju.
Semuanya tersusun indah dan berlagu.

Halaman kelima..............masih bersih. Belum terisi dengan mantra magis lainnya.
Sepertinya aku masih harus berguru. Atau melamun semalam suntuk dan menciptakan mantra baru.

Ah ya. Lalu apa isi buku mantra mu?

Yellow Turns Blue

Bulan malam ini sedang indah-indahnya. Bersembunyi dibalik kabut tipis, seakan Ia tak sadar bahwa tubuhnya terlalu besar.
Tapi setelah tatapan ketiga, aku tahu ada yang berbeda. Sedikit darinya tengah meluruh.
Tidak.
Aku salah.
Bagian yang luruh memang kecil, tapi mereka berderet berurutan, runtuh tanpa henti hingga membentuk lubang sebesar kutub utara.
Baru kali ini aku lihat bulan kehilangan pancaran magisnya.
Debu ajaib mengebul heboh, tertiup angin antariksa.

Kemudian kututup kedua mata dengan tanganku yang basah. Aku takut.
Takut rembulan jatuh.
Namun kuberanikan diri untuk membuka mata setelah beberapa saat.
Lagi-lagi aku salah.
Yang daritadi kupandang adalah pantulan rembulan di kolam ikan. Beserta bayangan perempuan berwajah lusuh.
Sedangkan yang kukhawatirkan masih bertengger anggun di langit malam, sambil berkata : "Tetap berpegang padaku. Aku tak akan runtuh".