Friday, August 31, 2012

Ucap Dua Dimensi

"Ada yang tersimpan indah rapat-rapat. Namun diungkap, belum sempat. Memang belum sampai seribu hari. Tapi rasanya sudah mengerak dalam hati. Kisah polos terdahulu terkesan jauh lebih istimewa dibanding kini. Dan segala petualangan seru yang berusaha aku ukir sendiri. Aku salah berhitung. Yang dulu aku harap nyata malah jadi tak berujung."

Begitu ucap rasa. Tapi ada yang menolak, tak mau kalah, dan kemudian cuma bilang.........

"Kenapa harus memberatkan hal yang sesungguhnya ringan. Rasa mungkin memang perwujudan jiwamu. Tapi toh dia hanya sebagian kecil dari diri yang utuh. Katakan saja terimakasih, lalu pergi menjauh. Sekarang belum waktumu."

Dan kemudian pikiran memilih untuk rehat. Sisa tenaganya telah habis membantah rasa.

Saturday, August 25, 2012

Jebolan Liburan

Tinggal satu minggu lagi, yang kurang lebih artinya tujuh hari.
Akhirnya liburan pergi.
Bukannya aku tak suka, tapi aku hanya rindu rutinitas harian yang biasanya penuh dijalani.
Dan lagi..... liburan ini terasa agak mati.

Aku bersenang-senang dalam porsi yang pas, tidak kurang dan tidak lebih.
Tapi ada beberapa hal yang membuat pikiran ku tidak seasik dulu.
Terlalu banyak hal yang disusun rapi, kurasa itu penyebabnya.
Jadinya kerja otak ini juga beraturan, tidak abstrak.
Rasanya seperti menemui jalan buntu, dan sulit mencari putaran balik.
Padahal biasanya akan lebih mudah jika aku membobol tembok penghalang agar bisa terus berjalan.

Datanglah lebih cepat September, aku merindu.

Monday, August 6, 2012

Balada Akhir Delapan Belas

Banyak kejutan, yang tidak pernah terbayangkan.
Kamu, aku, kita, dan semua yang hadir di sekelilingnya.
Hidup ini berwarna. Tapi aku selalu meminta warna lebih.

Banyak pula keputusan yang diambil tiba-tiba.
Yang membuat orang lain berkata "Kamu gila"
Atau malah dukungan manis yang berbunyi "Kamu istimewa"

Aku telah memilih jalanku sendiri.
Aku telah menulis suratku sendiri.
Tapi tentu, aku tak mau menjalani hidup seorang diri.
Hanya mau peluk satu-satu mereka yang telah menemani.

Dan lalu kamu, yang belum jadi siapa-siapa.
Tapi selalu kuanggap teman, di dalam hati, di dalam sepi.
Mungkin suatu hari nanti, di sembilan belas, kita akan sama-sama punya tempat di hati.

Terimakasih, dan selamat tinggal delapan belas :)

Friday, August 3, 2012

Harus

"Seharusnya yang ini begitu. Lalu yang itu begini."
Dan semua aturan itu meluncur turun dari mulutmu.
Kamu tak meminta lebih, hanya sedikit mengatur lebih.

Ikatan kasih yang sejauh ini kutahu juga seharusnya tak seperti ini.
Seharusnya tidak sakit.
Seharusnya tidak sesak.
Seharusnya tidak menguras banyak tenaga.
Seharusnya ya.....seperti itu.

Tapi aku tak cukup nyali untuk melawanmu.
Atau aku memang menghindar dari apa yang seharusnya terjadi. Perselisihan.
Lagi-lagi harus. Ya...memang harus.

Kalau tidak ada yang mengalah, maka jadinya akan luruh di tengah jalan.
Padahal apa yang kita bangun sudah lebih dari cukup untuk ditunjukkan.
Lelah, kita sama-sama tahu itu.
Tapi mungkin..... memang jalannya harus begini. Bukan begitu.