Monday, May 28, 2012

Oleh-oleh Padang Rumput

Mahasiswi 1 : "Itu kan bayi cengcorang!"
Mahasiswi 2 : "Ih geli! Nanti jadi gatel gak kalo bobo disini?"
Mahasiswi 3 : "Kemaren lo bilang ini kutu loncat, sekarang bayi cengcorang. Yang manasih yang bener?"

Cari kutu loncat.
Main trampolin.

Rumput hisap.
Kaki santai.

Semoga bisa cepat kembali untuk melepas lamunan masing-masing. <3

Friday, May 25, 2012

Grup Berbaring Manja

Berguling diatas rumput hijau. Aku dan teman-teman.
Memandang langit polos. Biru, dan sedikit kelabu diujungnya.
Awannya tipis, seperti permen kapas yang kena air.

Semua diam, mengunci suara.
Pikiran kami tak mungkin sama.
Tapi kedamaiannya terbagi rata.

Angin sejuk membelai mesra.
Memaksa mata terpejam satu-satu.
Ada sumbat yang tercabut.
Rasanya lega.

Sayang, hanya kurang es krim vanilla :)

Monday, May 21, 2012

Moondance

Padang lapang bulan purnama.
Gaun putih dan kaki telanjang.
Rumput basah sehabis hujan.
Wangi alam.

Tangan terbentang luas.
Meminta restu langit cerah.
Senyum tak luput dari wajah.
Tergambar jelas.

Lalu kamu datang.
Bergabung untuk tarian rembulan.
Menggambar lingkaran sendiri-sendiri.
Kemudian menyatukannya dalam harmoni.
Kini kita berada dalam satu bentuk sempurna.
Cinta.

Thursday, May 10, 2012

Rindu Tangis

Sudah lama butir-butir jernih ini tak keluar dari diriku.
Aku hampir lupa rasanya.

Kemana kamu saat aku butuh?
Orang lain biasanya menolak kehadiranmu.
Tapi aku...........butuh.

Walau semuanya seperti pertaruhan.
Kamu belum tentu memberi kelegaan.
Kamu bisa saja memperparah keadaan.
Tapi aku...........butuh.


Jiwaku lumpuh. Ragaku sesak.
Ingin berteriak tapi tak sanggup.
Ingin berlari tapi tak mampu.
Tangis, aku butuh kamu.
Tolong temani aku, malam ini saja.

Monday, May 7, 2012

Random Poetry

Senyum mu hilang, dan aku rindu.
Padahal kita tak sedekat itu.
Tapi memang kamu yang jadi penentu.
Bagi jiwa ini yang mulai ragu.

Mungkin kamu tidak mengerti.
Kalau aku terus memberi hati.
Mungkin kamu tidak menyadari.
Bahwa ada aku yang terus menanti.

Thursday, May 3, 2012

Isi Lemari Tua

Ada ruang rahasia dalam diriku. Tempatnya kecil, tapi bisa menampung banyak lemari.
Tiap lemari punya kode khusus agar bisa terbuka. Malam ini aku mau membuka satu, dan melihat ada apa di dalamnya.

"Lagu rindu ini ku ciptakan. Hanya untuk bidadari hatiku tercinta. Walau hanya nada sederhana. Izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan."

Pintu lemari di depanku terbuka perlahan. Sampai cukup celah untukku menyelinap ke dalam.
Perlahan ku telusuri setiap sudut lemari itu. Kini Ia hampir kosong. Hampir tak ada yang tersisa.
Padahal dulu lemari ini penuh dengan cuplikan film versiku sendiri.
Setelah lama kutinggalkan, ternyata Ia mengosongkan dirinya sedikit demi sedikit.

Tidak ada lagi rasa sesak ketika memasukinya. Semuanya terasa lapang dan tanpa beban.
Lama aku terduduk di dalam lemari, melamunkan apa yang dulu pernah terjadi.
Kemudian aku melangkah keluar, dan menyenandungkan bait lagu lainnya.

"Tak bisa lagi mencintaimu, dengan sisi lainku. Aku tak sanggup menjadi biasa, aku tak sanggup. Tak ada satupun yang mungkin bisa terima kau seperti aku. Mohon jangan salahkan aku lagi, ini aku yang sebenarnya."

Lalu pintu lemari itu kembali tertutup rapat. Menunggu untuk dikunjungi lagi.
Menunggu.............Selagi aku sibuk mengisi lemari-lemari penyimpanan yang lain.

Wednesday, May 2, 2012

Rumah Impian

"Kelak kita bangun rumah disitu yah! Dengan ayunan kayu yang menggantung di Pohon Ek besar. Lalu bunga warna-warni yang menyembul di balik pagar putih. Oh iya! Aku juga mau pekarangan belakang yang luas supaya anak-anak bisa berlarian selagi kamu memanggang daging, dan aku melongok dari jendela dapur sambil membuat salad dressing."

Aku ingat bagaimana kamu menunjuk perbukitan yang rindang siang itu. Aku ingat kain kotak-kotak merah putih khas piknik yang menjadi alas duduk kita. Bagaimana kau menyiapkan sandwich tanpa acar yang sangat lezat. Kamu membuang acarnya satu persatu, membersihkan isinya hanya untukku. Lalu kita berlomba menghabiskan eskrim vanilla dengan butiran chocochip ekstra hingga rasa vanillanya hilang. Kamu menuangkan terlalu banyak chocochip, mungkin dua bungkus, atau lebih. Aku tidak ingat itu.
Yang merekat erat di ingatanku hanya suara tawamu. Kamu terlihat sangat bahagia dan bersinar.

"Aku mau pelihara anak anjing juga ya sayang. Kita rawat sampai besar. Sampai tidak bisa kita gendong dan mandikan sendiri."
Lalu aku mengangguk pelan. "Apa saja yang kamu minta, pasti aku berikan", ujarku dalam hati.

Walau kini apa yang aku berikan sudah tidak dapat kau nikmati lagi, aku tak peduli.
Aku terduduk di bawah Pohon Ek favoritmu. Memperhatikan ayunan kayu yang baru saja selesai kubuat. Bunga yang kutanam dari bulan lalu sudah mulai menunjukkan warnanya. Merah, kuning, dan putih. Semuanya segar seperti senyumanmu. Tapi aku belum sempat memasang pagar untuk melindunginya dari tangan jahil.

"Sabar ya sayang. Akan aku buat esok hari. Kamu gak akan pergi kemana-mana kan? Tetap disini ya sampai aku buat rumah impianmu. Aku pasti akan memenuhi setiap janjiku."

Kini yang tersisa hanya batu dingin bertuliskan namamu. Yang menjadi saksi tiap tetes peluh kerja kerasku.
Tapi aku selalu mengingat mimpi-mimpimu, yang sedang aku wujudkan satu persatu.

"Tunggu aku ya, aku akan segera menyusulmu."