Saturday, March 31, 2012

Salah Langkah

Aku meracau. Meng-klik link yang tak seharusnya kubuka.
Mengetik nama dari masa lampau.
Memandang foto-foto dirimu yang seakan tersenyum ke arahku.
Bodoh.
Sekarang tak paham lagi bagaimana cara menutupinya.
Aku rindu.
Bagaimana dengan kamu?

Sunday, March 25, 2012

Balasan Puisi Rangga

Kamu hadir tanpa mengucap kata
Datang dan pergi seenakmu saja
Kemudian aku sadar, kamu itu nyata
Terlepas dari kungkungan malam yang melanda
Lari menjauh dan tak berani menyapa

Aku akan menunggu
Menghitung bintang di tiap malamnya
Sampai purnama tiba
Lalu menyambutmu
Sembari menjawab tanya
Yang kita berdua telah tahu pasti kebenarannya
Karena aku ingin denganmu
Selamanya

Saturday, March 24, 2012

Vanilla

Hangat. Kadang terlalu menyengat.
Rumput hijau dan ilalang, dan juga kamu untuk dipandang.
Menggenggam yang dingin lembut di tangan.
Manis. Rasa vanilla dan kismis.
Kita berbaring menatap langit biru.

"Tuhan sedang hobi melukis", kataku.
"Lalu kanvasnya ditiup-tiup agar cepat kering", katamu.
"Atau dipasangi lampu sorot? Mungkin lukisanNya kali ini sudah masuk galeri!" jawabku semangat.

"Yang mana saja boleh. Asal dilukisanNya ada kamu dan aku, bersama"
Hangat. Tanganmu mendarat.
Diatas kepala, melepas segala penat.

"Ayo habiskan es krim mu! Jangan sampai meleleh dan merusak lukisanNya"
Tawa tergelak. Kita tak bisa mengelak.
Ini cinta. Manis, seperti vanilla.

Tuesday, March 20, 2012

Sumber Inspirasi

"Dia yang menginspirasiku", tunjukmu dengan jari gemetar. Padahal yang kamu tunjuk tidak akan menatap balik. Dia hanya sekotak foto dengan ukuran 3x4 yang tertempel di kertas lusuh. Aku tidak tahu dari mana kamu mendapatkannya, tapi sepertinya sudah tersimpan di dompetmu untuk waktu yang cukup lama. Mungkin telah ratusan kali kamu memandang foto itu, tapi kamu tetap terlihat grogi. Sambil sesekali tersenyum kecil.

Kemudian kuluncurkan pertanyaan kedua, "Kenapa dia bisa menginspirasimu?"
Kamu menjawab dengan helaan napas panjang. Lama sekali.
"Kami memang tidak saling mengenal. Tapi melihatnya dari kejauhan saja sudah membuatku cukup senang. Mungkin itu alasan utamanya. Perasaan senang karena melihatnya telah menuntunku untuk berpikir tentang banyak hal yang menarik. Dia membawa banyak aura positif dari dalam tubuhnya."

Aku tertegun. Tak pernah sebelumnya kulihat kamu seperti ini. Kamu terlihat tenang dan damai. Memancarkan sesuatu yang lain daripada biasanya. "Lalu sejauh ini, apa saja yang telah kamu lakukan untuk mewujudkan inspirasi indahmu?", tanyaku penasaran.
Kamu menggeleng seraya mengatakan "belum ada" dengan pelan. Tapi telingaku cukup peka untuk mendengar perkataanmu itu.
"Aku menunggu waktu yang tepat. Atau mungkin....aku hanya belum berani. Inspirasi darinya begitu banyak dan meledak-ledak. Harus dipikirkan matang-matang sebelum aku mengeluarkan salah satunya."

Aku menangkap jelas semua gerak gerikmu. Aku tersadar, bahwa yang sedang kita bicarakan ini bukan hanya orang yang menginspirasimu. Tapi dia juga orang yang kamu cinta.
"Kamu.......mencintainya kan?", tanyaku tanpa basa-basi. Kamu sedikit terkejut, tapi kemudian tertawa kecil.
"Cinta.....? hhhh.... Kurasa belum sejauh itu. Terlalu cepat untuk bilang cinta. Aku hanya suka. Suka sekali. Tapi aku tak bisa membedakan. Apakah aku suka karena dia telah banyak menginspirasiku, atau karena dia memberikan banyak inspirasi dan membuatku perlahan menyukainya? Yang jelas, aku akan memberitahunya bahwa dia telah menjadi inspirasiku. Kuharap kelak, kami akan menjadi sumber inspirasi masing-masing."

Cinta, lebih dari sekedar kata-kata; cinta, jadikan dia inspirasi untuk berkarya.

Saturday, March 10, 2012

Bukan aku masalahnya. Tapi kamu.
Yang diam tak bergeming di ujung jalan. Tak berani melangkah maju ataupun mundur.
Kamu menengok ke belakang lalu memasang muka masam.
Kemudian menatap aku dengan senyum setengah sadar yang dipaksakan.
Kamu mau memilih, tapi tak sanggup.
Aku mau dipilih, tapi tak mau memaksa.

Lalu kita tetap berjarak. Mungkin untuk selamanya.