Awalnya hanya cerita singkat, lalu berkembang jadi cerita bersambung, atau kumpulan novel, atau novel berseri. Atau apalah yang ceritanya masih berlanjut tanpa kenal ujung.
Tujuan ku tercapai, tapi bukan ini jalan yang kuharapkan.
Kini hidup lebih pantas bila dianalogikan bagai sebuah film. Dengan genre drama, yang jalan ceritanya naik turun seperti wahana seru di taman bermain. Aku tokoh yang egois, mencoba menjalankan sendiri setiap peran yang ada.
Aku sebagai penggagas ide. Aku sebagai penulis naskah. Aku sebagai sutradara. Aku sebagai pengarah gaya. Aku sebagai penyunting. Dan aku sebagai penonton.
Aku juga memilih orang-orang mana saja yang pantas bermain di dalam frame ini. Semua tentang aku.
Aku bermain dengan sesuatu yang tidak aku kenal pasti konsekuensinya.
Tapi aku bersyukur karena tak mengenalnya, atau mencari tahu tentangnya sebelum bergerak.
Hidup tak akan indah bila tak kenal kejutan, bukan?
Seperti melempar frisbee di taman lapang, tanpa memiliki anjing peliharaan untuk membawanya kembali. Mungkin kau harus berlari mengejar, atau berdoa supaya ada anjing pintar yang menangkapnya.
Atau seperti menebar benih tanaman yang kutemui di sudut gudang ke tanah di pinggir jalan. Kemudian hanya menunggu, menyiram dan memupuk sesekali kalau sempat. Berharap benih itu menjadi tanaman bunga warna-warni, bukan semak belukar tajam yang menjerat.
Ketika kau pikir hanya ada dua pilihan jalan, ternyata banyak yang memberontak dan memutuskan untuk lari terlalu jauh dari jalurnya. Padahal semua dimulai dari satu genggaman. Mungkin ini karena aku mau menggenggam semuanya, dan tangan ini kurang kuasa untuk menjadi pengaturnya. Harusnya aku memilih satu peran saja.
Tapi tetap menyenangkan menonton sisa-sisa perjuangan. Walau semua agak kabur dari pandangan. Dan kamu yang masih ada di persimpangan. Hanya bisa di tunggu sampai akhir jaman.
Aku belum menyerah. Aku.........mungkin hanya pasrah. :)