Nenek moyangku diceritakan
sebagai seorang pelaut. Lalu inilah hasilnya.
Ribuan juta anak cucu yang
hobi mengarungi samudra (cinta).
Jika daratan di analogikan
sebagai realita.
Berarti laut adalah lembaran
fatamorgana.
Mereka mengandung misteri
yang sama.
Dan kamu harus menyeimbangkan
keduanya.
Menyelam memang menyenangkan.
Apalagi bila bertemu dengan
putri-putri khayangan.
Namun kamu akan berenang jauh
kembali ke daratan,
bila bertemu hiu yang mencari
kudapan.
Atau kamu bisa tetap melawan,
dan mungkin akan
terselamatkan.
Jika kapal adalah tempat
berpijak.
Lalu ombak besar, air pasang,
dan angin badai adalah penolak.
Yang tidak rela habitatnya
dirusak.
Umpan yang kamu sebar
bersambut hangat.
Kini kamu dan ikanmu telah
terikat.
Lalu bagaimana dengan
penghambat?
'Jangan memaksa sayang, nanti
ikanmu terluka'
'Jangan dilepas sayang, nanti
peluhmu tersia'
Kamu termenung.
Sadar telah melupakan yang
seharusnya dijunjung.
'Jala. Seharusnya ku siapkan
dia sejak awal. Sebelum aku menarik kail. Sebelum aku melempar umpan. Sebelum
aku menegakkan layar. Bahkan sebelum aku memikirkan cara kembali ke daratan.'
Salam hormat dikirimkan
kepada tiga orang teman pengarung yang kapalnya karam hampir bersamaan. Ku
hadiahkan jala terbaik, agar tak lupa lagi digunakan. Semoga umpan kalian masih
mempan, kawan!