Saturday, September 22, 2012

Filosofi Cinta Nenek Moyang


Nenek moyangku diceritakan sebagai seorang pelaut. Lalu inilah hasilnya.
Ribuan juta anak cucu yang hobi mengarungi samudra (cinta).

Jika daratan di analogikan sebagai realita.
Berarti laut adalah lembaran fatamorgana.
Mereka mengandung misteri yang sama.
Dan kamu harus menyeimbangkan keduanya.

Menyelam memang menyenangkan.
Apalagi bila bertemu dengan putri-putri khayangan.
Namun kamu akan berenang jauh kembali ke daratan,
bila bertemu hiu yang mencari kudapan.
Atau kamu bisa tetap melawan,
dan mungkin akan terselamatkan.

Jika kapal adalah tempat berpijak.
Lalu ombak besar, air pasang, dan angin badai adalah penolak.
Yang tidak rela habitatnya dirusak.

Umpan yang kamu sebar bersambut hangat.
Kini kamu dan ikanmu telah terikat.
Lalu bagaimana dengan penghambat?

'Jangan memaksa sayang, nanti ikanmu terluka'
'Jangan dilepas sayang, nanti peluhmu tersia'

Kamu termenung.
Sadar telah melupakan yang seharusnya dijunjung.

'Jala. Seharusnya ku siapkan dia sejak awal. Sebelum aku menarik kail. Sebelum aku melempar umpan. Sebelum aku menegakkan layar. Bahkan sebelum aku memikirkan cara kembali ke daratan.'


Salam hormat dikirimkan kepada tiga orang teman pengarung yang kapalnya karam hampir bersamaan. Ku hadiahkan jala terbaik, agar tak lupa lagi digunakan. Semoga umpan kalian masih mempan, kawan!